#onedayonenashihah 
 
GUNAKAN CERMIN, BUKAN TEROPONG 
 
Sahabat-ku, mari kita Belajar memperbaiki dan mengkritik diri sendiri. Karena memperbaiki dan mengkritik orang lain itu, tidak perlu belajar 
 
Gunakan cermin, untuk melihat kekurangan diri 
Jerawat kecil di wajah kita sangat diperhatikan. 
Jangan gunakan teropong, 
untuk melihat kesalahan kecil orang lain 
 
Perhatikan perkataan Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu 
 
يبصر أحدكم القذاة في أعين أخيه، وينسى الجذل- أو الجذع – في عين نفسه 
 
“Salah seorang dari kalian dapat melihat kotoran kecil di mata saudaranya tetapi dia lupa akan kayu besar yang ada di matanya” (Adabul Mufrad no. 592, shahih) 
 
Jika semua orang salah di mata, 
Berarti ada yang perlu diperbaiki pada hati 
Karena sifat ini membuatnya, tidak akan punya teman dan tidak akan merasakan nikmatnya persahabatan 
 
Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata 
 
ﻣﻦ ﻃﻠﺐ ﺃﺧﺎ ﺑﻼ ﻋﻴﺐ، ﺻﺎﺭ ﺑﻼ ﺃﺥ 
 
“Barangsiapa mencari teman yang tidak memiliki aib, sungguh ia akan hidup sendiri tanpa teman.” (Sya’bul Iman no. 7887) 
 
Seseorang tidak boleh sudah merasa baik, karena kalau sudah merasa baik, sulit untuk diperbaiki dan memperbaiki 
 
Inilah hakikat dari tawaadhu’, selalu merasa diri belum baik dan merasa orang lain lebih baik dari dirinya 
 
Abdullah Al Muzani rahimahullah berkata, 
 
إن عرض لك إبليس بأن لك فضلاً على أحد من أهل الإسلام فانظر، فإن كان أكبر منك فقل قد سبقني هذا بالإيمان والعمل الصالح فهو خير مني، وإن كان أصغر منك فقل قد سبقت هذا بالمعاصي والذنوب واستوجبت العقوبة فهو خير مني، فإنك لا ترى أحداً من أهل الإسلام إلا أكبر منك أو أصغر منك. 
 
“Jika iblis memberikan was-was kepadamu bahwa engkau lebih mulia dari muslim lainnya, maka perhatikanlah. Jika ada orang lain yang lebih tua darimu, maka seharusnya engkau katakan, “Orang tersebut telah lebih dahulu beriman dan beramal sholih dariku, maka ia lebih baik dariku.” 
Jika ada orang lainnya yang lebih muda darimu, maka seharusnya engkau katakan, 
 
“Aku telah lebih dulu bermaksiat dan berlumuran dosa serta lebih pantas mendapatkan siksa dibanding dirinya, maka ia sebenarnya lebih baik dariku.” 
 
Demikianlah sikap yang seharusnya engkau perhatikan ketika engkau melihat yang lebih tua atau yang lebih muda darimu.” [Hilyatul Awliya’ 2/226] 
 
Dengan merasa tidak lebih baik/mulia dari orang lain, seorang yang tawaadhu’ akan berusaha: 
 
Memuliakan orang lain karena menganggap orang lain lebih baik serta ia tidak mudah meremehkan orang lain. Sikap ini akan memudahkan ia berinteraksi dan melahirkan ahklak yang mulia. 
 
Berusaha terus memperbaiki dirinya dan meningkatkan kualitas diri karena ia merasa ada yang perlu ditingkatkan 
 
Demikian semoga bermanfaat. 
 
@ Yogyakarta Tercinta 
Penyusun:  Raehanul Bahraen 
 
Via HijrahApp