Opdage indlæg

Udforsk fængslende indhold og forskellige perspektiver på vores Discover-side. Afdække friske ideer og deltag i meningsfulde samtaler

#pantun

for ibu Guru🤩

Mentari pagi bersinar terang,
Burung berkicau penuh ceria.
Guru tekun, semangat berjuang,
Allah berkahi setiap usaha.

Rapikan data dengan penuh sabar,
Tak lupa doa setiap waktu.
Ikhlas mengajar sebagai lembar,
Untuk bekal di akhiratmu.

Air jernih mengalir tenang,
Di tepi sungai tumbuh ilalang.
Raporkan nilai dengan penuh senang,
Karena ilmu tetap dikenang.

Nilai bukan sekadar angka,
Tetapi ilmu yang bermanfaat.
Semoga Allah beri berkahnya,
Untuk semua yang penuh semangat.

Pergi ke kebun memetik lada,
Bersama sahabat di waktu petang.
Ikhlas bekerja dengan niat mulia,
Semoga Allah beri jalan terang.

Raporkan hasil dengan tenang,
Jangan resah, teruslah berjuang.
Allah melihat setiap langkah,
Sebagai amal yang penuh berkah.

Pohon tinggi tegak berdiri,
Daun hijau menyejuk hati.
Guru mendidik tanpa pamrih,
Allah balas dengan nikmat sejati.

Menyusun rapor tanpa keluh,
Sabar, tabah dalam keikhlasan.
Semoga menjadi amal sungguh,
Untuk bekal kehidupan di masa depan.

Langit biru dihiasi mega,
Awan berarak membawa cerita.
Guru bijak tak kenal lelah,
Allah jaga hatinya senantiasa.

Raporkan siswa dengan teliti,
Jangan lupa berdoa selalu.
Allah berkahi setiap bakti,
Semoga ilmu bermanfaat selalu.

Semangat terus untuk para guru yang penuh dedikasi! Semoga setiap usaha yang dilakukan selalu diridhai oleh Allah dan menjadi ladang pahala yang tak terhingga. 😊✨

#pantun

for you 😍

Ke sekolah naik sepeda,
Singgah sebentar di tepi taman.
Belajar giat janganlah reda,
agar hasil jadi cemerlang dan menawan.

Air mengalir di sungai jernih,
Menyejukkan hati yang kehausan.
Jangan takut gagal atau sedih,
Sebab Allah tahu semua perjuangan.

Jalan-jalan ke pasar Senen,
Membeli roti di tepi jalan.
Ujian bukan sekadar nilai di tangan,
Allah melihat niat dan kesungguhan.

Matahari bersinar terang,
Angin sepoi menyejuk hati.
Jangan bosan terus berjuang,
Agar ujian bisa terlewati.

Pergi ke pasar beli selasih,
Tidak lupa membawa rantang.
Jangan hanya sekadar hafal,
Pahami soal agar tak bimbang.

Bintang bersinar di angkasa raya,
Menerangi malam penuh harapan.
Yakinlah Allah beri jalan,
Jika usaha dibalut keikhlasan.


Jalan-jalan ke Kota Lama,
Membeli kain warna jingga.
Istirahat cukup jangan terlupa,
Agar ujian lancar tanpa rintangan.

Pohon tinggi tegak berdiri,
Banyak daun rimbun di sana.
Rajin belajar janganlah lari,
Kesuksesan datang bersama usaha.

Di halaman tumbuh melati,
Harum semerbak sungguh wangi.
Selalu gigih dan percaya diri,
Niscaya sukses datang menghampiri.


Dan untuk kakak kelas 9 yang sudah menyelesaikan Asesmen Sumatif Akhir Jenjang (ASAJ)
🎉 *Selamat atas pencapaian yang luar biasa!* Semoga hasil yang diperoleh membawa keberkahan dan menjadi langkah awal menuju masa depan yang lebih gemilang. Kalian sudah berusaha sebaik mungkin, kini saatnya menatap perjalanan baru dengan penuh semangat dan optimisme! 💪✨
✨ Selamat, kakak-kakak! Semua usaha dan doa telah kalian jalani dengan sungguh-sungguh. Semoga ilmu yang didapat menjadi berkah dan bermanfaat di masa depan. Allah selalu membuka jalan terbaik bagi hamba-Nya yang berusaha dan bertawakal. Teruslah melangkah dengan keikhlasan dan semangat! 💖

Semangat selalu, adik dan kakak kelas! 🚀😊

#onedayonenashihah

Membaca Al-Qur'an adalah bentuk ibadah yang mendekatkan kita kepada Allah, memberikan ketenangan hati, serta memperkuat iman. Sedangkan memegang ponsel, meskipun bisa digunakan untuk hal yang bermanfaat seperti mencari ilmu atau komunikasi, sering kali membuat kita terlena dengan hiburan atau aktivitas yang kurang bernilai.

Perbandingan dalam kepedulian:
1. Kedalaman vs. Distraksi: Saat membaca Al-Qur'an dengan hati yang khusyuk, kita mendapatkan pemahaman dan ketenangan yang mendalam. Sebaliknya, ponsel sering kali membawa kita ke berbagai informasi yang cepat berlalu dan bisa mengalihkan fokus kita dari hal yang lebih bermakna.
2. Waktu yang Dihabiskan: Jika dibandingkan, berapa lama kita meluangkan waktu untuk membaca Al-Qur'an dibandingkan waktu yang kita habiskan dengan ponsel? Tanpa disadari, kita mungkin menghabiskan berjam-jam dengan ponsel, tetapi merasa berat untuk meluangkan waktu beberapa menit saja membaca ayat suci.
3. Dampak pada Jiwa: Al-Qur'an memberikan ketenangan, mengajarkan kesabaran, dan membimbing kehidupan kita. Sementara ponsel, tergantung penggunaannya, bisa membuat kita lebih gelisah, membandingkan diri dengan orang lain, atau bahkan kehilangan waktu tanpa manfaat yang jelas.

Namun, bukan berarti ponsel harus dihindari sepenuhnya. Justru, kita bisa menjadikannya alat yang mendukung ibadah, seperti menggunakan aplikasi Al-Qur'an digital, mendengarkan murottal, atau belajar tafsir. Kuncinya adalah keseimbangan—jangan biarkan ponsel mengalahkan waktu kita dengan Al-Qur'an.

Mungkin ini saatnya kita merenung: mana yang lebih sering kita pegang dan baca dengan penuh perhatian? Jika selama ini lebih banyak waktu untuk ponsel, mungkin kita perlu mulai menggeser perhatian ke Al-Qur'an agar hidup lebih bermakna. Semoga kita selalu diberi hidayah untuk mendekatkan diri pada-Nya. 😊

picture by: grup whatshapp TANYA JAWAB SAHABAT JANNAH 2

image

#tahukahkamu

Bismillah
HAKIKAT CINTA KEPADA ALLAH TA’ALA

Cinta . . .
Sebuah kalimat yang tidak terlalu panjang untuk ditulis dan diucapkan.

Dengan cinta manusia memiliki gairah ketika dia dituntut untuk menunjukkan cintanya walaupun segala rintangan, kepayahan bahkan harta dan nyawa sekalipun akan dikorbankan.

Kadar kecintaan dalam hati orang yang mencintai Allah adalah bertingkat-tingkat. Itulah sebabnya, Allah subhanahu wa ta’ala melukiskan betapa besarnya kecintaan orang-orang mukmin kepada-Nya dalam firman-Nya :

وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَشَدُّ حُبّٗا لِّلَّهِۗ

“Orang-orang yang beriman sangat mendalam cintanya kepada Allah.”. (QS. Al-Baqarah : 165).

Beragam expresi ditunjukkan untuk orang yang dicintainya, tapi expresi yang benar adalah mengikuti apa yang diharapkan dan disukai oleh orang yang dicintainya, bukan malah mengabaikan perminta’annya apalagi sampai menentang, membangkang dan menyelisihinya. Jika demikian maka cinta yang diucapkannya adalah palsu atau cinta penuh dusta.

Seluruh umat Islam sudah pasti mencintai Allah Ta’ala, karena Allah kita hidup dan menikmati kehidupan. Dan nikmat yang paling besar adalah hidayah Islam yang tidak semua manusia memperolehnya.

Mencintai Allah Subhaanahu wa Ta’ala sebagai bentuk keimanan kepada risalah yang dibawa oleh Rasulullah.

Siapa yang cinta kepada sesuatu, maka ia akan sering menyebutnya. Allah Ta'ala berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.” (QS. Ar-Ra’du : 28).

Bagaimana cara mencintai Allah ?

Allah Subhanahu wa Ta’ala sudah memberikan petunjuk kepada umat Islam bagaimana caranya merefleksikan cintanya tersebut.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Katakanlah, Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah (sunnah/petunjuk) ku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu, Allah maha pengampun lagi maha penyayang.” (Qs. Ali ‘Imran: 31).

Imam Ibnu Katsir, ketika menafsirkan ayat tersebut berkata : “Ayat yang mulia ini merupakan hakim (pemutus perkara) bagi setiap orang yang mengaku mencintai Allah, akan tetapi dia tidak mengikuti jalan (sunnah) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka dia adalah orang yang berdusta dalam pengakuan tersebut dalam masalah ini, sampai dia mau mengikuti syariat dan agama (yang dibawa oleh) Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam semua ucapan, perbuatan dan keada’annya.” [Tafsir Ibnu Katsir (1/477)].

Berdasarkan keterangan Imam Ibnu Katsir diatas, maka sebagai bukti mencintai Allah Ta’ala adalah : Mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Tidak menyelisihinya apalagi menentangnya.

Siapa yang cinta kepada sesuatu, maka ia akan sering menyebutnya. Allah Ya'ala berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.” (QS. Ar-Ra’du : 28).

Sudahkah kita mencintai Allah ?

Perlu dipertanyakan kepada diri kita masing-masing, apakah kita sudah mencintai Allah atau bahkan sebaliknya.

Seberapa besar kita mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam atau mungkin kita selalu menyelisihi atau malah menentangnya ?

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kita untuk mengembalikan setiap ada perselisihan kepada Allah dan Rasulnya.

Allah Ta’ala berfirman :

فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

“Jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An Nisa: 59).

Tapi mereka malah mengembalikan kepada tokoh yang di pujanya atau kepada mazhab tertentu.

Itukah bukti cinta kita kepada Allah ?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap memulai khutbah biasanya beliau mengucapkan,

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. Muslim no. 867).

Tapi mereka mengatakan : Tidak semua bid’ah sesat.

Itukah bukti cinta kita kepada Allah ?

Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam berwasiat :

وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

”Hati-hatilah dengan perkara yang diada-adakan karena setiap perkara yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Daud no. 4607 dan Tirmidzi, 2676).

Rasulullah berwasiat untuk hati-hati dari perkara baru (dalam urusan agama). Tapi mereka malah sangat gemar membuat perkara baru, seakan-akan syari’at Islam masih kurang.

Itukah bukti cinta kita kepada Allah ?

Rasulullah memerintahkan kita untuk menjauhi firqoh manapun ketika banyak firqoh bermunculan, dan masing-masing kelompok membanggakan firqohnya.

Tapi mereka malah wala wal bara kepada salah satu firqoh, mencintai dan selalu membelanya seolah-olah paling benar paling murni.

Itukah bukti cinta kita kepada Allah ?

Cinta sejati tidak harus diucapkan tapi butuh pembuktian, buktikan kalau memang cinta dengan perbuatan yang sesuai kehendak dari yang dicintai.

”CINTA SEJATI BUKAN CINTA PALSU APALAGI PENUH KEDUSTA’AN”.

Betapa banyak orang yang mengaku cinta pada-Nya namun amalnya menyelisihi Rasul-Nya. Ulama salaf berkata :

ليس الشأن أن تُحِب ولكن الشأن أن تُحَب

“Perkaranya bukanlah bagaimana engkau mengaku mencintai Allah, tetapi perkaranya apakah engkau dicintai Allah.”

Silahkan dishare untuk menyebarkan ilmu agama dan kebaikan. Jazakumullahu khairan.

Sumber : https://muslimafiyah.com

⌨⌨⌨⌨⌨⌨

Picture and materi by: Kajian Cinta Sunnah 23

image

Basahi selalu lisan kita dengan dzikir dan istighfar, saat lagi belajar, membantu membersihkan rumah, sedang menunggu jemputan, atau sedang dalam perjalanan.

Semoga Allah selalu mudahkan lisan kita untuk tetap dalam kebaikan.
Jangan lupa dzikir dan istighfar yaa tulipers 😊

Sumber Gambar: an.nashihah.daily

image

#onedayonearabic

تَعَالَي هُنا، أنْظُرِي، أَيُّ لَونٍ تِلك النَّبَاتَات؟

A. أَخْضَر وأَزْرَك
B. أخْضَر وَأَحْمَر
C. أَحْمَر وأَبْيَض

image

#tahukahkamu

💦 Biasa Bagi Kita, Bagi Orang Lain Bisa Luar Biasa 🍃

Sesuatu yang menurut kita biasa saja, ternyata bagi sebagian orang -bisa jadi banyak orang- terasa luar biasa. Hal yang sederhana bagi kita, ternyata bagi orang lain bisa bernilai istimewa.

Pertama:
Pernah ngasih seseorang permen karet rasa kayu manis seperti di foto ini. Bagi saya sih ini biasa saja. Namun ternyata respon si penerima luar biasa. Di sangat suka. Dan poin plusnya, dia menampakkan kesukaan tersebut kepada saya. Bahkan, beliau memberikan saya sebotol madu yang tentu saja membuat saya sangat bahagia. Surprise sekali rasanya. Hafizhahullahu.

Kedua:
Pernah seorang istri memberikan hadiah sepaket pakaian second kepada temannya lebih dari 10 tahun lalu. Dan bagi pemberi itu biasa saja. Namun, ternyata teman istri tersebut sangat suka sekali dengan pakaian itu. Dia pakai di hadapan pemberinya. Suaminya pun menyampaikan kepada suami pemberi hadiah bahwa istrinya sangat senang dengan hadiah tersebut. Ternyata, sederhana bagi kita, namun bagi orang lain istimewa.

Faedah dari pengalaman kecil ini, sebaiknya kalau kita diberi sesuatu oleh orang lain. Hendaknya kita menampakkan kesukaan kita tersebut di hadapannya. Seperti jika kita dikasih baju atau alas kaki atau apapun, hendaknya kita pakai di hadapannya. Tentu dia akan sangat senang dengan hal tersebut.

Dia telah membahagiakan kita dengan hadiah, kita balas dengan mengenakan hadiah tersebut di hadapannya. Tentu saja selain ucapan, "syukron wa jazaakumullahu khoiron."

Saya kira anda pun memiliki pengalaman² seperti ini. Entah anda sebagai pemberi atau penerima. Baarokallahu fiikum jami'an.

Baca juga
https://rumaysho.com/29378-jan....gan-lupa-ucapkan-ter

https://rumaysho.com/15422-21-....faedah-tentang-hadia

https://muslim.or.id/42424-sun....nah-membalas-hadiah-

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ

“Tidak dikatakan bersyukur kepada Allah bagi siapa yang tidak tahu berterima kasih kepada manusia.” (HR. Abu Daud, no. 4811 dan Tirmidzi, no. 1954)

Dari An Nu’man bin Basyir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ

“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad, 4/278. As Silsilah Ash Shohihah no. 667).

Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صُنِعَ إِلَيْهِ مَعْرُوفٌ، فَقَالَ لِفَاعِلهِ : جَزَاكَ اللهُ خَيْراً ، فَقَدْ أَبْلَغَ فِي الثَّنَاءِ

“Barangsiapa yang diperlakukan baik, lalu ia mengatakan kepada pelakunya, ‘Jazakallahu khairan (artinya: Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan)’, maka sungguh ia telah sangat menyanjungnya.” (HR. Tirmidzi, no. 2035 dan An-Nasai dalam ‘Amal Al-Yaum wa Al-Lailah, 180; Ibnu As-Sunni dalam ‘Amal Al-Yaum wa Al-Lailah, no. 275; Ath-Thabrani dalam Ash-Shaghir, 2:148)

Dari Jabir bin Abdillah Al Anshary radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صُنِعَ إِلَيْهِ مَعْرْوُفٌ فَلْيُجْزِئْهُ، فَإِنْ لَمْ يُجْزِئْهُ فَلْيُثْنِ عَلَيْهِ؛ فَإِنَّهُ إِذَا أَثْنَى عَلَيْهِ فَقَدْ شَكَرَهُ، وَإِنْ كَتَمَهُ فَقَدْ كَفَرَهُ، وَمَنْ تَحَلَّى بَمَا لَمْ يُعْطَ، فَكَأَنَّمَا لَبِسَ ثَوْبَيْ زُوْرٍ

“Siapa yang memperoleh kebaikan dari orang lain, hendaknya dia membalasnya. Jika tidak menemukan sesuatu untuk membalasnya, hendaklah dia memuji orang tersebut, karena jika dia memujinya maka dia telah mensyukurinya. Jika dia menyembunyikannya, berarti dia telah mengingkari kebaikannya. Seorang yang berhias terhadap suatu (kebaikan) yang tidak dia kerjakan atau miliki, seakan-akan ia memakai dua helai pakaian kepalsuan.” (HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad, no. 215)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تَهَادُوا تَحَابُّوا

“Hendaklah kalian saling memberi hadiah, Niscaya kalian akan saling mencintai“. [Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrod, no. 594, Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro 6/169]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَا نِسَاءَ الْمُسْلِمَاتِ لاَ تَحْقِرَنَّ جَارَةٌ لِجَارَتِهَا وَلَوْ فِرْسِنَ شَاةٍ

“Wahai kaum muslimah, janganlah sekali-kali seorang wanita meremehkan pemberian tetangganya walaupun hanya ujung kaki kambing.” [HR. Bukhari, no. 2566 dan Muslim, no. 1030]

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تَصَافَحُوْا يَذْهَبُ الغِلُّ ، وتَهَادَوْا تَحَابُّوا ، وَتَذْهَبُ الشَحْنَاءُ

“Saling bersalamanlah (berjabat tanganlah) kalian, maka akan hilanglah kedengkian (dendam). Saling memberi hadiahlah kalian, maka kalian akan saling mencintai dan akan hilang kebencian.” (HR. Malik dalam Al-Muwatha’, 2/ 908/ 16)

Hadiah yang sedikit tetap diterima sebagaimana jika diberi banyak.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَوْ دُعِيتُ إِلَى ذِرَاعٍ أَوْ كُرَاعٍ لأَجَبْتُ ، وَلَوْ أُهْدِىَ إِلَىَّ ذِرَاعٌ أَوْ كُرَاعٌ لَقَبِلْتُ

“Kalau aku diundang untuk menghadiri undangan yang di situ disajikan dziro’ (paha), aku hadir sebagaimana pula ketika disajikan kuro’ (kaki). Kalau aku diberi hadiah dziro’ (paha), aku terima sebagaimana ketika diberi hadiah kuro’ (kaki).” (HR. Bukhari, no. 2568)

Jangan sampai kita mengharap hadiah kita dikembalikan.
Kalau memang punya harapan semacam itu, baiknya tidak memberi hadiah sama sekali.

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْعَائِدُ فِى هِبَتِهِ كَالْكَلْبِ يَقِىءُ ، ثُمَّ يَعُودُ فِى قَيْئِهِ

“Orang yang meminta kembali hadiahnya seperti anjing muntah lalu menelan muntahannya sendiri.” (HR. Bukhari, no. 2589 dan Muslim, no. 1622)

Namun seorang ayah masih boleh mengambil kembali apa yang ia beri pada anaknya.

Dari Ibnu ‘Umar dan Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhum, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يَحِلُّ لِرَجُلٍ أَنْ يُعْطِىَ عَطِيَّةً أَوْ يَهَبَ هِبَةً فَيَرْجِعَ فِيهَا إِلاَّ الْوَالِدَ فِيمَا يُعْطِى وَلَدَهُ وَمَثَلُ الَّذِى يُعْطِى الْعَطِيَّةَ ثُمَّ يَرْجِعُ فِيهَا كَمَثَلِ الْكَلْبِ يَأْكُلُ فَإِذَا شَبِعَ قَاءَ ثُمَّ عَادَ فِى قَيْئِهِ

“Tidak halal bagi seseorang memberikan suatu pemberian kemudian ia memintanya kembali kecuali ayah pada apa yang ia berikan kepada anaknya (maka boleh diminta kembali). Permisalan orang yang memberi hadiah lantas ia memintanya kembali seperti anjing yang makan, lalu ketika ia kenyang, ia muntahkan, kemudian ia menelan muntahannya.” (HR. Abu Daud, no. 3539; Tirmidzi, no. 1299; An-Nasa’i, no. 3720; Ibnu Majah, no. 2377)

Jangan mengungkit-ungkit hadiah yang telah diberikan

Allah Ta’ala berfirman,

قَوْلٌ مَعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى وَاللَّهُ غَنِيٌّ حَلِيمٌ ,يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى

“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima).” (QS. Al-Baqarah: 263-264)

Ada hadiah yang tidak boleh ditolak yaitu minyak wangi, susu dan bantal

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثٌ لاَ تُرَدُّ الْوَسَائِدُ وَالدُّهْنُ وَاللَّبَنُ

“Tiga hal yang tidak boleh ditolak; (1) bantal, (2) minyak rambut dan (3) susu.” (HR. Tirmidzi, no. 2790

Hendaknya membalas hadiah. Kalau tidak bisa, maka hendaknya mendoakan orang yang memberi

مَن صَنَعَ إِليكُم مَعرُوفًا فَكَافِئُوه ، فَإِن لَم تَجِدُوا مَا تُكَافِئُوا بِهِ فَادعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوا أَنَّكُم قَد كَافَأتُمُوهُ

“Siapa yang memberikan kebaikan untuk kalian, maka balaslah. Jika engkau tidak mampu membalasnya, doakanlah ia sampai-sampai engkau yakin telah benar-benar membalasnya.” (HR. Abu Daud no. 1672 dan AnN-asa’i no. 2568)



materi by: grup whatsapp kajian cinta sunnah 23

Jangan Lupa Ucapkan "Terima Kasih" Ditambah dengan Doa
rumaysho.com

Jangan Lupa Ucapkan "Terima Kasih" Ditambah dengan Doa

Jangan lupa ucapkan terima kasih, lebih-lebih lagi sambil mendoakan.

#onedayonearabic

هَلْ تَعْرِفِين كَم عَدَد ثَلَاثَة زِيَادَة خَمْسَة ؟؟

A. نعم، سبعة
B. نعم، سته
C. نعم، ثمانية

#tahukahkamu

Allah mencintai hamba yang berdoa kepada-Nya, bahkan karena cinta-Nya Allah memberi ‘bonus’ berupa ampunan dosa kepada hamba-Nya yang berdoa. Allah Ta’ala berfirman dalam sebuah hadits qudsi

“Wahai manusia, selagi engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, aku mengampuni dosamu dan tidak aku pedulikan lagi dosamu” (HR. At Tirmidzi, ia berkata: ‘Hadits hasan shahih’)

Diantara usaha yang bisa kita upayakan agar doa kita dikabulkan oleh Allah Ta’ala adalah dengan memanfaatkan waktu-waktu tertentu yang dijanjikan oleh Allah bahwa doa ketika waktu-waktu tersebut dikabulkan. Diantara waktu-waktu tersebut adalah:
1) Ketika sebelum salam pada shalat wajib
2) Ketika sahur atau sepertiga malam
3) Ketika berbuka puasa
4) Di antara adzan dan iqamah
5) Ketika sujud dalam shalat
6) Di hari Jum'at
7) Ketika turun hujan
8) Ketika minum air zam-zam
.
Sumber muslim.or.id
.

picture and materi by: grup whatsapp kajian cinta sunnah 23

image

Eh? Bentar lagi ASAT nih~ sekarang aja pekan yang banyak PH nya kadang-kadang(sering malah) aku ngerasa males nih buat belajar, tapi aku tetep belajar kok 😁 kalau kalian belajar gak?

Gak👎🏻
Belajar dong pake SKS⏰
Belajar nya nyicil dari lama🫰🏻
5 Samlet antal stemmer